Lepet merupakan makanan tradisional dari Jawa Tengah. Lepet dibuat dari beras ketan, kelapa parut, dan garam. Makanan ini kemudian dibungkus dengan janur atau daun kelapa yang masih muda. Lepet dimasak selama 3-4 jam dengan cara direbus.
Lepet sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha pada sekitar abad ke-8. Namun, makna filosofis terhadap lepet baru diciptakan pada abad ke 15-16 saat perpaduan ajaran Hindu-Buddha dan Islam. Pemaknaan lepet dilakukan oleh dua tokoh Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga dan Sunan Derajat. Filosofi lepet berasal dari peribahasa Jawa yaitu "Silep Kang Rapet" yang berarti "disimpan baik-baik dan rapat-rapat, ditutup baik-baik". Peribahasa ini menjelaskan bahwa segala kesalahan yang telah diakui seseorang harus disimpan rapat dan tidak disinggung atau diceritakan kepada orang lain. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan lepet memiliki makna sendiri, sebagai berikut:
1. Ketan memiliki tekstur menempel dan lengket satu sama lain. Hal ini menggambarkan ikatan yang kuat.
2. Kelapa parutmemiliki tekstur halus yang menggambarkan kehalusan perasaan dan sopan santun yang diharapkan terdapat pada umat Islam saat Idul Fitri.
3. Garam melambangkan keseimbangan hubungan antara komunitas yang harmonis.
4. Janur berasal dari kata "jatining nur" yang berarti cahaya sejati. Hal ini menggambarkan kesucian manusia setelah menerima cahaya sejati selama bulan Ramadhan. Selain itu, janur sulit untuk diperoleh karena berada dipuncak pohon. Sulitnya proses pengambilan janur, menggambarkan upaya yang dilakukan umat muslim demi mencapai kesucian.
5. Tali bambu merupakan simbol pertemanan yang kuat. Hal ini disebabkan oleh karena tanaman bambu memiliki sifat yang tumbuh berkelompok.
1. Ketan memiliki tekstur menempel dan lengket satu sama lain. Hal ini menggambarkan ikatan yang kuat.
2. Kelapa parutmemiliki tekstur halus yang menggambarkan kehalusan perasaan dan sopan santun yang diharapkan terdapat pada umat Islam saat Idul Fitri.
3. Garam melambangkan keseimbangan hubungan antara komunitas yang harmonis.
4. Janur berasal dari kata "jatining nur" yang berarti cahaya sejati. Hal ini menggambarkan kesucian manusia setelah menerima cahaya sejati selama bulan Ramadhan. Selain itu, janur sulit untuk diperoleh karena berada dipuncak pohon. Sulitnya proses pengambilan janur, menggambarkan upaya yang dilakukan umat muslim demi mencapai kesucian.
5. Tali bambu merupakan simbol pertemanan yang kuat. Hal ini disebabkan oleh karena tanaman bambu memiliki sifat yang tumbuh berkelompok.
Proses pemasakan lepet membutuhkan waktu yang lama (3-4 jam). Hal ini menggambarkan bahwa dalam memecahkan masalah, dibutuhkan kesabaran. Lepet yang terdiri dari 4 ikatan tali menggambarkan 4 kegiatan dalam "laku papat" yang terdiri dari:
1. Lebaran: lebar berarti membuka pintu hati lebar-lebar untuk memaafkan sesama
2. Luberan: luber berarti membagikan rejeki yang melimpah pada sesama yang membutuhkan.
3. Leburan: lebur berarti menghilangkan dosa dengan saling memaafkan satu sama lain
4. Laburan: labur berarti kondisi hati manusia yang menjadi suci berwarna putih selayaknya kapur
Pembukaan bungkus lepet dilakukan dengan cara memutar bungkusan satu per satu dari atas-tengah-bawah menggambarkan bahwa setiap masalah harus diselesaikan secara perlahan.
1. Lebaran: lebar berarti membuka pintu hati lebar-lebar untuk memaafkan sesama
2. Luberan: luber berarti membagikan rejeki yang melimpah pada sesama yang membutuhkan.
3. Leburan: lebur berarti menghilangkan dosa dengan saling memaafkan satu sama lain
4. Laburan: labur berarti kondisi hati manusia yang menjadi suci berwarna putih selayaknya kapur
Pembukaan bungkus lepet dilakukan dengan cara memutar bungkusan satu per satu dari atas-tengah-bawah menggambarkan bahwa setiap masalah harus diselesaikan secara perlahan.
Comments
Post a Comment